I thought I'd tell you a little about what I like to write. And I like to immerse myself in my topics. I just like to dive right in and become sort of a human guinea pig. And I see my life as a series of experiments.
Saya akan bercerita sedikit mengenai apa yang saya tulis Saya suka meleburkan diri dalam setiap topik saya Saya suka langsung terjun dan menjadi semacam kelinci percobaan Dan saya melihat kehidupan saya seperti serangkaian percobaan.
So, I work for Esquire magazine, and a couple of years ago, I wrote an article called "My Outsourced Life," where I hired a team of people in Bangalore, India, to live my life for me. So, they answered my emails. They answered my phone. They argued with my wife for me, and they read my son bedtime stories. It was the best month of my life, because I just sat back and I read books and watched movies. It was a wonderful experience.
Baiklah, saya bekerja pada majalah Esquire, dan beberapa tahun lalu Saya menulis sebuah artikel berjudul "Hidup Dengan Sumber Luar," dimana saya menyewa sekelompok orang di Bangalore, India, untuk menjalani kehidupan saya. Jadi mereka menjawab email-email saya. Mereka menjawab telpon yang ditujukan pada saya. Mereka berdebat dengan istri saya, dan mereka membacakan cerita menjelang tidur ke anak saya. Itu merupakan bulan terbaik dalam hidup saya, karena saya hanya duduk santai, membaca buku dan menonton film. Pengalaman yang menyenangkan.
More recently, I wrote an article for Esquire called -- about radical honesty. And this is a movement where -- this is started by a psychologist in Virginia, who says that you should never, ever lie, except maybe during poker and golf, his only exceptions. And, more than that, whatever is on your brain should come out of your mouth. So, I decided I would try this for a month. This was the worst month of my life. (Laughter) I do not recommend this at all. To give you a sense of the experience, the article was called, "I Think You're Fat." (Laughter) So, that was hard.
Baru saja saya menulis sebuah artikel di Esquire -- mengenai kejujuran secara radikal. Dan ini merupakan sebuah langkah -- tulisan ini bermula dari seorang psikolog di Virginia, yang berkata bahwa kamu jangan pernah sekalipun berbohong, kecuali mungkin selama bermain poker dan golf, satu-satunya pengecualiannya. Dan selebihnya, apapun yang muncul di otak kamu itulah yang keluar dari mulutmu. Saya memutuskan untuk mencoba ini sebulan bulan terburuk dalam hidup saya. (tertawa) Saya tidak anjurkan ini sama sekali. sedikit gambaran apa yang saya alami, ada artikel yang berjudul . "Menurut Saya, Anda Gemuk." (Tertawa) Tidak mudah.
My most recent book -- my previous book was called "The Know-It-All," and it was about the year I spent reading the Encyclopedia Britannica from A to Z in my quest to learn everything in the world, or more precisely from Aak, which is a type of East Asian music, all the way to Zwyiec, which is -- well, I don't want to ruin the ending. (Laughter) It's a very exciting twist ending, like an O. Henry novel, so I won't ruin it. But I love that one, because that was an experiment about how much information one human brain could absorb. Although, listening to Kevin Kelly, you don't have to remember anything. You can just Google it. So, I wasted some time there.
Buku saya yang terbaru - buku bernilai saya berjudul "Tahu Segalanya," buku ini mengenai sekitar setahun saya menghabiskan waktu membaca Encyclopedia Britannica dari A sampai Z karena keinginan saya untuk mempelajari apapun di dunia ini. atau lebih tepatnya dari A-ak, yang merupakan jenis musik di Asia Timur sampai dengan Zwyiec, yaitu -- baiklah, saya tidak ingin menrusak imajinasi anda. (Tertawa) Akhir yang menarik, seperti novel O. Henry, jadi saya tidak akan merusaknya untuk anda. Saya suka bagian akhir itu karena itu merupakan eksperimen mengenai berapa banyak informasi yang dapat ditampung oleh otak manusia, meskipun, seperti mendengarkan Kevin Kelly, kamu nggak perlu mengingat semuanya. Kamu hanya perlu menggunakan Google. Akhirnya saya menghabiskan cukup banyak waktu disana.
I love those experiments, but I think that the most profound and life-changing experiment that I've done is my most recent experiment, where I spent a year trying to follow all of the rules of the Bible, "The Year of Living Biblically." And I undertook this for two reasons. The first was that I grew up with no religion at all. As I say in my book, I'm Jewish in the same way the Olive Garden is Italian. (Laughter) So, not very. But I've become increasingly interested in religion. I do think it's the defining issue of our time, or one of the main ones. And I have a son. I want to know what to teach him. So, I decided to dive in head first, and try to live the Bible.
Saya menyukai eksperimen itu. tetapi saya pikir bahwa hal yang paling bermakna dan pengalaman merubah hidup yang saya lakukan adalah eksperimen terakhir, dimana saya menghabiskan satu tahun mencoba untuk mengikuti semua perintah di Kitab Suci -- "Setahun Hidup Alkitabiah." Dan saya menjalani ini karena dua hal. Pertama karena saya dibesarkan dengan tanpa agama sama sekali Seperti yang saya katakan dalam buku saya, Saya Yahudi sama seperti kebun olive adalah Itali. (Tertawa) Jadi, begitulah. Saya menjadi semakin tertarik pada agama. meskipun tidak mencerminkan masalah di saat ini atau salah satu masalah utama saat ini. Saya mempunyai seorang anak lelaki. Saya ingin tahu bagaimana mengajarkan agama padanya. Jadi, saya memutuskan untuk menyelami dulu, dan kemudian hidup menurut Kitab Suci
The second reason I undertook this is because I'm concerned about the rise of fundamentalism, religious fundamentalism, and people who say they take the Bible literally, which is, according to some polls, as high as 45 or 50 percent of America. So I decided, what if you really did take the Bible literally? I decided to take it to its logical conclusion and take everything in the Bible literally, without picking and choosing.
Alasan kedua saya menjalani ini karena Saya prihatin dengan bangkitnya aliran fundamentalisme, fundamentalisme agama, dan orang-orang yang mengatakan bahwa mereka menjalankan ajaran Kitab Suci secara harafiah, yang menurut sejumlah jajak pendapat ada sekitar 45% - 50% di Amerika. Jadi saya putuskan, bagaimana jika kamu mengikuti Kitab Suci secara harafiah ? Saya kemudian sampai pada keputusan logis. untuk mengikuti semuanya di dalam Kitab Suci secara harafiah tanpa pilih-pilih.
The first thing I did was I got a stack of bibles. I had Christian bibles. I had Jewish bibles. A friend of mine sent me something called a hip-hop bible, where the twenty-third Psalm is rendered as, "The Lord is all that," as opposed to what I knew it as, "The Lord is my shepherd."
Hal pertama yang saya lakukan adalah saya mengumpulkan berbagai versi Alkitab Saya punya Kitab Suci Agama Kristen Kitab Suci Yahudi seorang teman mengirimkan sebuah Kitab Suci hip-hop dimana Mazmur 23 ditulis, "Tuhan adalah segalanya," berlawanan dengan apa yang saya ketahui, "Tuhan adalah gembalaku."
Then I went down and I read several versions, and I wrote down every single law that I could find. And this was a very long list -- over 700 rules. And they range from the famous ones that I had heard of -- The Ten Commandments, love your neighbor, be fruitful and multiply. So I wanted to follow those. And actually, I take my projects very seriously, because I had twins during my year, so I definitely take my projects seriously.
Kemudian saya telusuri dan membaca beberapa versi, dan saya tulis setiap perintah yang saya temukan dan ternyata ada banyak - lebih dari 700 perintah. mulai dari perintah yang paling terkenal yang saya dengar -- 10 Perintah Allah, kasihilah sesamamu, berbuah dan berkembang biaklah. Saya ingin mengikuti perintah-perintah itu. Dan saya benar-benar menjalankan project ini dengan serius karena saya punya bayi kembar dalam tahun itu, jadi saya tentu menjalankan project ini dengan serius
But I also wanted to follow the hundreds of arcane and obscure laws that are in the Bible. There is the law in Leviticus, "You cannot shave the corners of your beard." I didn't know where my corners were, so I decided to let the whole thing grow, and this is what I looked like by the end. As you can imagine, I spent a lot of time at airport security. (Laughter) My wife wouldn't kiss me for the last two months. So, certainly the challenge was there.
Saya juga ingin menjalankan ratusan perintah-perintah yang tidak jelas dalam Kitab Suci. Ada perintah dalam kitab Imamat -- Kamu tidak boleh mencukur sudut-sudut jenggotmu Saya tidak tahu dimana sudut-sudut jenggot saya, jadi saya putuskan untuk menumbuhkan jenggot, dan akhirnya inilah foto saya waktu itu Persis seperti yang kamu pikirkan, saya menghabiskan banyak waktu saat melewati keamanan bandara (Tertawa) Istri saya tidak mau mencium saya selama dua bulan. Jadi, tentu saja banyak tantangannya.
The Bible says you cannot wear clothes made of mixed fibers, so I thought, "Sounds strange, but I'll try it." You only know if you try it. I got rid of all my poly-cotton T-shirts. The Bible says that if two men are in a fight, and the wife of one of those men grabs the testicles of the other man, then her hand shall be cut off. So, I wanted to follow that rule. (Laughter) That one I followed by default, by not getting in a fight with a man whose wife was standing nearby, looking like she had a strong grip. (Laughter) So -- oh, there's another shot of my beard.
Kitab Suci mengatakan bahwa kamu tidak boleh memakai pakaian yang mengandung serat campuran, Saya pikir, "Kedengarannya aneh, tapi okelah saya coba." Kita baru tahu kalau kita mencoba. Saya singkirkan semua t-shirt katun-buatan saya. Kitab Suci mengatakan bahwa jika dua orang dalam pertengkaran, dan istri salah satunya mencengkeram testikel orang satunya maka tangannya harus dipotong. Maka, saya ingin mengikuti perintah itu. (Tertawa) Untuk yang satu ini saya ikuti intinya saja. dengan tidak melakukan pertengkaran dengan seseorang yang istrinya ada di dekatnya apalagi kalau si istri memiliki genggaman yang kuat (Tertawa) Oh, ada lagi foto jenggot saya.
I will say it was an amazing year because it really was life changing, and incredibly challenging. And there were two types of laws that were particularly challenging. The first was avoiding the little sins that we all commit every day. You know, I could spend a year not killing, but spending a year not gossiping, not coveting, not lying -- you know, I live in New York, and I work as a journalist, so this was 75, 80 percent of my day I had to do it.
Ini merupakan tahun yang menarik karena ini merubah hidup, dan tantangannya luar biasa. Ada dua jenis perintah yang menantang Pertama adalah menghindari dosa-dosa kecil yang kita lakukan setiap hari Kamu tahu, selama setahun saya bisa tidak membunuh tetapi menghabiskan setahun tanpa gosip, iri hati, atau berbohong Saya hidup di New York, dan saya bekerja sebagai wartawan jadi 75% sampai 80% hidup saya penuh dengan itu
But it was really interesting, because I was able to make some progress, because I couldn't believe how much my behavior changed my thoughts. This was one of the huge lessons of the year, is that I almost pretended to be a better person, and I became a little bit of a better person. So I had always thought, you know, "You change your mind, and you change your behavior," but it's often the other way around. You change your behavior, and you change your mind. So, you know, if you want to become more compassionate, you visit sick people in the hospital, and you will become more compassionate. You donate money to a cause, and you become emotionally involved in that cause. So, it really was cognitive psychology -- you know, cognitive dissonance -- that I was experiencing. The Bible actually talks about cognitive psychology, very primitive cognitive psychology. In the Proverbs, it says that if you smile, you will become happier, which, as we know, is actually true.
Tetapi ini pengalaman menarik, karena saya dapat mengalami berbagai kemajuan karena saya tidak percaya berapa besar perilaku saya dapat merubah pikiran saya Ini merupakan pelajaran besar dalam tahun itu karena saya hampir berpura-pura menjadi orang yang lebih baik dan saya menjadi orang yang lebih baik sedikit. Jadi saya berpikiran, "Kamu merubah pola pikirmu, maka kamu akan merubah perilakumu," tetapi sering juga terbalik. Kamu merubah perilakumu, maka kamu merubah pola pikirmu Jadi, kalau kamu mau menjadi lebih manusiawi, kamu besuk orang sakit di rumah sakit, maka kamu akan lebih manusiawi. Kamu mendonasi ke suatu perkara, kamu akan secara emosi ikut terlibat dalam perkara itu Jadi, ini benar-benar merupakan psikologi kognitif -- seperti kognitif dissonance - yang saya alami. Kitab Suci sebenarnya berbicara mengenai psikologi kognitif psikologi kognitif yang paling primitif Dalam kitab Amsal, dikatakan kalau kamu tersenyum, kamu akan menjadi lebih gembira yang sepanjang kita tahu, itu benar adanya.
The second type of rule that was difficult to obey was the rules that will get you into a little trouble in twenty-first-century America. And perhaps the clearest example of this is stoning adulterers. (Laughter) But it's a big part of the Bible, so I figured I had to address it. So, I was able to stone one adulterer. It happened -- I was in the park, and I was dressed in my biblical clothing, so sandals and sort of a white robe, you know, because again, the outer affects the inner. I wanted to see how dressing biblically affected my mind. And this man came up to me and he said, "Why are you dressed like that?" And I explained my project, and he said, "Well, I am an adulterer, are you going to stone me?" And I said, "Well, that would be great!" (Laughter) And I actually took out a handful of stones from my pocket that I had been carrying around for weeks, hoping for just this interaction -- and, you know, they were pebbles -- but he grabbed them out of my hand. He was actually an elderly man, mid-70s, just so you know. But he's still an adulterer, and still quite angry. He grabbed them out of my hand and threw them at my face, and I felt that I could -- eye for an eye -- I could retaliate, and throw one back at him.
Jenis perintah kedua adalah perintah yang sulit untuk diikuti perintah-perintah yang kalau diikuti bisa menciptakan masalah dalam abad 21 ini di Amerika ini. mungkin contoh yang paling jelas adalah masalah pelemparan batu pada seorang penzinah (Tertawa) Ini salah satu bagian utama dalam Kitab Suci, jadi saya pikir saya harus mengikutinya. Saya bisa melempari batu kepada seorang pezinah. Itu terjadi - saya waktu itu di taman, dan saya memakai pakaian menurut Kitab Suci memakai sandal dan jubah putih -- karena penampilan luar mempengaruhi yang di dalam. Saya ingin melihat bagaimana dengan berpakaian menurut Kitab Suci itu mempengaruhi pikiran saya Seorang lelaki datang kepada saya dan berkata "Kenapa kamu berpakaian seperti itu ?" Saya menjelaskan project saya, dan dia berkata, "Ok, saya seorang penzinah, apakah kamu akan melemparkan batu ke saya ?" dan saya berkata, "Boleh kalau begitu !" (Tertawa) dan saya mengambil segenggam batu dari kantung saya yang saya bawa selama bermingu-minggu, berharap kejadian seperti ini -- dan, batu-batu itu adalah kerikil-kerikil -- tetapi dia merenggut kerikil-kerikil itu dari tangan saya. Lelaki itu sudah lanjut usia, umur 70 tahunan, asal kamu tahu. Seusia itu dia masih seorang penzinah, dan sedikit emosi. Dia ambil kerikil-kerikil itu dari tangan saya dan melemparkannya ke muka saya, dan saya pikir saya dapat -- membalas dan melemparkan sebuah batu ke arahnya
So that was my experience stoning, and it did allow me to talk about, in a more serious way, these big issues. How can the Bible be so barbaric in some places, and yet so incredibly wise in others? How should we view the Bible? Should we view it, you know, as original intent, like a sort of a Scalia version of the Bible? How was the Bible written? And actually, since this is a tech crowd, I talk in the book about how the Bible actually reminds me of the Wikipedia, because it has all of these authors and editors over hundreds of years. And it's sort of evolved. It's not a book that was written and came down from on high.
itulah pengalaman saya soal melempar batu, dan itu memungkinkan saya berbicara mengenai hal-hal besar secara lebih serius. Bagaimana Kitab Suci menjadi begitu barbar dalam hal tertentu, dan juga begitu bijaksananya dalam hal yang lain ? Jadi bagaimana kita melihat Kitab Suci ? Haruskah kita melihatnya seperti maksud awalnya, seperti Kitab Suci versi Scalia ? Bagaimana Kitab Suci ditulis ? benar, karena kita semuanya dari kalangan teknologi, Saya menulis di buku mengenai bagaimana Kitab Suci mengingatkan saya akan Wikipedia karena Kitab Suci memiliki banyak penulis dan editor selama ratusan tahun. dan juga sepertinya mengalami penyempurnaan. Kitab Suci bukan merupakan buku yang ditulis dan datang dari atas sana.
So I thought I would end by telling you just a couple of the take-aways, the bigger lessons that I learned from my year. The first is, thou shalt not take the Bible literally. This became very, very clear, early on. Because if you do, then you end up acting like a crazy person, and stoning adulterers, or -- here's another example. Well, that's another. I did spend some time shepherding. (Laughter) It's a very relaxing vocation. I recommend it.
Jadi saya pikir saya akhiri dengan menyampaikan ke kamu beberapa hal yang saya kutip, pelajaran lebih besar yang saya pelajari selama setahun itu Pertama - Janganlah mengambil isi Kitab Suci secara harafiah. Ini menjadi sangat jelas, mulai dari awal. Karena kalau kamu begitu, maka kamu akan bertingkah seperti orang gila, dan pelemparan batu ke penzinah, atau -- ini ada contoh lain -- Ini cerita lain - Saya menghabiskan waktu menjadi gembala. (Tertawa) Pekerjaan yang menyenangkan. Saya menganjurkannya.
But this one is -- the Bible says that you cannot touch women during certain times of the month, and more than that, you cannot sit on a seat where a menstruating woman has sat. And my wife thought this was very offensive, so she sat in every seat in our apartment, and I had to spend much of the year standing until I bought my own seat and carried it around.
Kitab Suci mengatakan bahwa kamu tidak diperbolehkan menyentuh seorang wanita dalam waktu-waktu pada bulan tertentu, dan terlebih lagi, kamu tidak boleh duduk tempat yang telah diduduki oleh seorang wanita yang sedang menstruasi Istri saya berpikir bahwa ini sangat menghina, jadi dia duduki semua tempat duduk di apartemen kami, dan saya jadinya sepanjang tahun lebih banyak berdiri sampai saya beli tempat duduk sendiri dan membawanya kemana-mana.
So, you know, I met with creationists. I went to the creationists' museum. And these are the ultimate literalists. And it was fascinating, because they were not stupid people at all. I would wager that their IQ is exactly the same as the average evolutionist. It's just that their faith is so strong in this literal interpretation of the Bible that they distort all the data to fit their model. And they go through these amazing mental gymnastics to accomplish this.
Saya juga bertemu dengan kelompok orang-orang yang percaya tentang 'penciptaan'. Saya pergi ke museum mereka. Dan mereka adalah literalis sejati. Menariknya, karena mereka bukan orang-orang bodoh. saya berani bertaruh IQ mereka sama dengan rata-rata orang-orang yang percaya teori evolusi. Hanya karena keyakinannya yang begitu kuat dalam penafsiran Kitab Suci secara harafiah mereka menyesuaikan semua data agar sesuai dengan model mereka Dan mereka melakukan berbagai olah mental untuk menyelesaikannya.
And I will say, though, the museum is gorgeous. They really did a fantastic job. If you're ever in Kentucky, there's, you can see a movie of the flood, and they have sprinklers in the ceiling that will sprinkle on you during the flood scenes. So, whatever you think of creationism -- and I think it's crazy -- they did a great job. (Laughter)
Menurut saya musium ini bagus sekali. Mereka telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Kalau kamu pernah ke Kentucky, disana - kamu dapat melihat film mengenai banjir, mereka punya sprinkler di langit-langit yang akan menyemburkan air selama adegan banjir itu Jadi, apapun yang kamu pikirkan mengenai penciptaan, dan saya pikir tidak masuk di akal, mereka melakukannya dengan luar biasa. (Tertawa)
Another lesson is that thou shalt give thanks. And this one was a big lesson because I was praying, giving these prayers of thanksgiving, which was odd for an agnostic. But I was saying thanks all the time, every day, and I started to change my perspective. And I started to realize the hundreds of little things that go right every day, that I didn't even notice, that I took for granted, as opposed to focusing on the three or four that went wrong. So, this is actually a key to happiness for me, is to just remember when I came over here, the car didn't flip over, and I didn't trip coming up the stairs. It's a remarkable thing.
Pelajaran lain adalah mengucap syukurlah senantiasa. Ini pelajaran besar karena saya berdoa, memanjatkan ucapan syukur, yang terasa aneh bagi seorang agnostik Tetapi saya selalu mengucapkan terima kasih, setiap hari, dan saya mulai merubah pola pandang saya, dan mulai menyadari ratusan hal kecil yang datang setiap hari, yang lolos dari perhatian saya, -- yang saya abaikan -- bila dibandingkan dengan perhatian kita hanya pada tiga atau empat hal yang tidak beres saja. Jadi, ini menjadi kunci bagi kebahagiaan saya, yakni dengan mengingat apabila saya kemari, mobil saya tidak terbalik, dan saya tidak harus menaiki tangga. Hal yang luar biasa.
Third, that thou shall have reverence. This one was unexpected because I started the year as an agnostic, and by the end of the year, I became what a friend of mine calls a reverent agnostic, which I love. And I'm trying to start it as a movement. So, if anyone wants to join, the basic idea is, whether or not there is a God, there's something important and beautiful about the idea of sacredness, and that our rituals can be sacred. The Sabbath can be sacred. This was one of the great things about my year, doing the Sabbath, because I am a workaholic, so having this one day where you cannot work, it really, that changed my life. So, this idea of sacredness, whether or not there is a God.
Ketiga, hormatilah Tuhan dan sesama. Ini diluar dugaan karena pada awal tahun itu saya memulai sebagai seorang agnostik, dan pada akhir tahun saya menjadi apa yang disebut oleh teman saya sebagai pendeta agnostik, saya suka itu. Dan saya mencoba memulainya sebagai aliran baru. Jadi apabila ada yang tertarik mengikuti, ide dasarnya adalah, ada atau tidaknya Tuhan, ada hal penting dan indah mengenai ide tentang kesucian, dan ritual kita menjadi suci. Sabat menjadi suci. Satu hal besar dalam tahun tersebut, adalah menajalani hari Sabat, karena saya pekerja keras, jadi mendapati satu hari dimana kamu tidak perlu kerja -- benar-benar merubah hidup saya. Jadi, ide kesucian ini, lepas dari ada atau tidak adanya Tuhan.
Thou shall not stereotype. This one happened because I spent a lot of time with various religious communities throughout America because I wanted it to be more than about my journey. I wanted it to be about religion in America. So, I spent time with evangelical Christians, and Hasidic Jews, and the Amish. I'm very proud because I think I'm the only person in America to out Bible-talk a Jehovah's Witness. (Laughter) After three and a half hours, he looked at his watch, he's like, "I gotta go." (Laughter) Oh, thank you very much. Thank you. Bless you, bless you.
Janganlah berprasangka. Ini terjadi karena saya menghabiskan waktu dengan berbagai komunitas agama di seluruh Amerika karena saya ingin mendapatkan lebih dari sekedar petualangan saya. Saya ingin mengupas agama di Amerika. Jadi saya menghabiskan waktu dengan para penginjil agama Kristen, dan Yahudi Hasid dan kaum Amish. Saya sangat bangga karena Saya merasa menjadi satu-satunya orang di Amerika yang berbicara lebih lama tentang Kitab Suci dengan seorang Saksi Yehovah. (Tertawa) Setelah tiga setengah jam, dia melihat ke jamnya, dia mengatakan "Saya harus pergi." (Tertawa) Oh, terima kasih banyak. Terima kasih, Tuhan memberkatimu.
But it was interesting because I had some very preconceived notions about, for instance, evangelical Christianity, and I found that it's such a wide and varied movement that it is difficult to make generalizations about it. There's a group I met with called the Red Letter Christians, and they focus on the red words in the Bible, which are the ones that Jesus spoke. That's how they printed them in the old Bibles. And their argument is that Jesus never talked about homosexuality. They have a pamphlet that says, "Here's what Jesus said about homosexuality," and you open it up, and there's nothing in it. So, they say Jesus did talk a lot about helping the outcasts, helping poor people. So, this was very inspiring to me. I recommend Jim Wallis and Tony Campolo. They're very inspiring leaders, even though I disagree with much of what they say.
Menarik karena saya memiliki asumsi awal mengenai, misalnya, Kristen injili, dan saya menemukan bahwa maknanya luas dan alirannya beragam jadi sulit untuk membuat generalisasinya. Ada sebuah kelompok dengan nama Red Letter Christian yang saya temui, dan mereka berfokus pada kata-kata bertinta merah pada Kitab Suci, yang merupakan kata-kata yang diucapkan Yesus -- seperti tercetak pada Kitab Suci awal. Dan mereka beragumentasi bahwa Yesus tidak pernah berbicara mengenai homoseksualitas. Mereka memiliki selebaran yang mengatakan bahwa, "Ini yang diucapkan Yesus mengenai homoseksualitas." dan begitu kamu membukanya, tidak ada sesuatupun di dalamnya. Maka, mereka mengatakan bahwa Yesus memang banyak berbicara mengenai pemberian bantuan kepada kaum marjinal, menolong orang miskin. Ini sangat menggugah saya. Saya rekomendasikan Jim Wallace dan Tony Campolo. Mereka adalah pemimpin yang menginspirasi, meskipun saya tidak sependapat dalam banyak hal yang mereka katakan.
Also, thou shalt not disregard the irrational. This one was very unexpected because, you know, I grew up with the scientific worldview, and I was shocked learning how much of my life is governed by irrational forces. And the thing is, if they're not harmful, they're not to be completely dismissed. Because I learned that -- I was thinking, I was doing all these rituals, these biblical rituals, separating my wool and linen, and I would ask these religious people "Why would the Bible possibly tell us to do this? Why would God care?" And they said, "We don't know, but it's just rituals that give us meaning." And I would say, "But that's crazy." And they would say, "Well, what about you? You blow out candles on top of a birthday cake. If a guy from Mars came down and saw, here's one guy blowing out the fire on top of a cake versus another guy not wearing clothes of mixed fabrics, would the Martians say, 'Well, that guy, he makes sense, but that guy's crazy?'" So no, I think that rituals are, by nature, irrational. So the key is to choose the right rituals, the ones that are not harmful -- but rituals by themselves are not to be dismissed.
Juga, janganlah mengabaikan kaum yang tidak rasional. Ini diluar dugaan karena, saya dibesarkan dengan pandangan dunia secara ilmiah, dan saya takjub mengetahui bahwa begitu banyak dalam hidup saya yang didasari oleh kekuatan yang tidak rasional. Meskipun begitu, jika hal-hal tersebut tidak berbahaya, itu semua tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena saya belajar bahwa - saya berpikir, saya menjalani ritual-ritual ini, ritual menurut Kitab Suci, memisahkan kain wol dan linen, dan saya bertanya pada mereka "Kenapa Kitab Suci bisa menyuruh kita melakukan ini ? Kenapa Tuhan begitu peduli ?" Dan mereka bilang, "kami tidak tahu, itu adalah ritual yang memberi kami suatu makna." Dan saya katakan, "Tapi itu tidak masuk akal." Dan mereka mengatakan, "Baiklah, bagaimana dengan kamu? Kamu meniup lilin di atas sepotong kue ulang tahun. Jika seorang dari Mars datang dan berkata, inilah orang yang meniup api di atas sepotong kue dibandingkan dengan seorang lelaki yang tidak memakai pakaian yang mengandung serat campur, apakah orang dari Mars tersebut berkata, "Baiklah, orang itu, masuk akal, tapi orang satu lainnya tidak masuk akal?" Jadi, saya pikir ritual-ritual tersebut, secara alami, tidak rasional. Jadi kuncinya adalah memilih ritual yang benar, ritual yang tidak berbahaya -- tetapi ritual-ritual tersebut tidak dapat diabaikan.
And finally I learned that thou shall pick and choose. And this one I learned because I tried to follow everything in the Bible. And I failed miserably. Because you can't. You have to pick and choose. And anyone who follows the Bible is going to be picking and choosing. The key is to pick and choose the right parts. There's the phrase called cafeteria religion, and the fundamentalists will use it in a denigrating way, and they'll say, "Oh, it's just cafeteria religion. You're just picking and choosing." But my argument is, "What's wrong with cafeterias?" I've had some great meals at cafeterias. I've also had some meals that make me want to dry heave. So, it's about choosing the parts of the Bible about compassion, about tolerance, about loving your neighbor, as opposed to the parts about homosexuality is a sin, or intolerance, or violence, which are very much in the Bible as well. So if we are to find any meaning in this book, then we have to really engage it, and wrestle with it.
Dan akhirnya saya belajar bahwa kita harus mengambil dan memilih. Ini saya pelajari karena saya ingin mengikuti semua yang tercantum di Kitab Suci. Dan saya gagal secara menyedihkan. Karena kamu tidak bisa. kamu harus memilih, dan siapaun yang mengikuti Kitab Suci akan mengambil dan memilih. Kuncinya adalah mengambil dan memilih bagian yang tepat. Ada ungkapan yang disebut agama kafetaria, dan kaum fundamentalis menggunakan terminologi itu dengan cara merendahkan, mereka akan mengatakan, "Oh, itulah agama kafetaria. Kamu hanya mengambil dan memilih." Argumen saya, "Apa yang salah dengan kafetaria?" Saya bisa mendapatkan makanan enak di kafetaria. Saya juga pernah makan makanan yang membuat saya mual. Jadi, ini mengenai memilih bagian dalam Kitab Suci yang mengajarkan tentang kemanusiaan, mengenai toleransi, mengenai mengasihi sesama kita, bukan bagian mengenai homoseksualitas adalah dosa, atau non-toleransi, atau kekerasan, yang juga ada di Kitab Suci. jadi kalau kita ingin menarik makna dari kitab ini, kita harus benar-benar memahaminya, dan bergumul dengannya.
And I thought I'd end with just a couple more. There's me reading the Bible. That's how I hailed taxicabs. (Laughter) Seriously, and it worked. And yes, that was actually a rented sheep, so I had to return that in the morning, but it served well for a day. So, anyway, thank you so much for letting me speak.
Dan akan saya akhiri dengan beberapa hal lagi. Inilah saya saat membaca Kitab Suci Ini bagaimana saya memanggil taxi. (Tertawa) Benar-benar, cara itu berhasil -- dan ya, itu adalah domba yang disewakan, jadi saya harus mengembalikannya keesokan paginya, lumayan untuk satu hari. Terima kasih banyak untuk kesempatan berbicara kali ini.